TANYALAH HATI NURANIMU

Rasulullah SAW bersabda; "Tanyakan pada hatimu sendiri! Kebaikan adalah apa yang jiwa dan hati tenang karenanya, sedangkan dosa adalah sesuatu yang menimbulkan keraguan dalam jiwa dan rasa gundah dalam dada, meskipun orang-orang memberi fatwa kepadamu dan mereka membenarkannya." [HR Imam Ahmad bin Hanbal]

MENGAPA AKU BELAJAR AL-QURAN?

Rasulullah SAW bersabda; "Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya. - Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya Al-Quran itu pada hari Kiamat akan memberikan syafa’at kepada pembacanya" [HR. Bukhari - Muslim]

RAHASIA DI SEKITAR DUNIA IBUKU

Rasulullah SAW bersabda; "Apabila seorang wanita shalat lima waktu, puasa sebulan (ramadhan), menjaga kemaluannya dan taat kepada suaminya, maka dikatakan kepadanya: masuklah engkau dalam surga dari pintu mana saja yang engkau sukai." [HR Imam Ahmad bin Hanbal]

SUDAH BAIKKAH SHALATKU?

Rasulullah SAW bersabda: "Yang pertama kali akan dihisab dari seseorang pada hari kiamat adalah shalat. Jika shalatnya baik, akan baik pula seluruh amalnya. Jika shalatnya rusak akan rusak pula seluruh amal perbuatannya." [HR. At-Thabrani - Dari Anas RA]

AJARI KAMI ILMU YANG BAIK

Rasulullah SAW bersabda; "Mendidik anak lebih baik bagimu daripada setiap hari bersedekah satu sha - Tidak ada pemberian seorang ayah untuk anaknya yang lebih utama daripada (pendidikan) akhlak yang baik." [HR. At-Tirmidzi Dari Jabir bin Samurah r.a dan Amr bin Sa’id bin Ash r.a]

Kamis, 22 Juli 2010

HORMAT, CINTA DAN RENDAH HATI





Ahmad al-Badawi adalah seorang wali yang sangat terkenal di semua kalangan Sufi. Beliau menyatakan "Aku tidak membutuhkan seorang pemandu. Pemanduku adalah al-Qur',an sebagaimana yang dikatakan orang Wahhabi sekarang, dan cara hidup Rasulullah SAW.


Beliau mencoba mendekati Tuhannya sebagaimana Rasulullah SAW bersabda atas nama Tuhannya,

"Hambaku tidak berhenti untuk mendekati-Ku melalui ibadah sunnah atau perbuatan baik, sampai Aku mencintainya. Dan bila Aku Mencintainya, pada saat itu Aku akan menjadi telinga yang digunakan untuk mendengar, mata yang dipakainya untuk melihat, tangan untuk merasakan, dan kaki untuk berjalan. Jika dia meminta, Aku akan memberi. Jika dia memohon perlindungan, Aku akan melindunginya. Aku akan menjadi dia, dan dia dapat mengatakan kepada sesuatu, "Jadilah!" maka jadilah ia."
( Hadist Nabi saw )

(Orang-orang Wahhabi biasanya memotong bagian terakhir dari hadits tersebut, tetapi kita mengucapkannya secara lengkap).

Ahmad al-Badawi berusaha mendekatai Tuhannya sampai mencapai pintu Kehadirat Ilahi, lalu dia berkata, "Ya Tuhanku! Bukakanlah pintu ini untukku." Tetapi dia tidak mendapat jawaban. Dia mencobanya berulang-ulang sampai akhirnya 
secara tidak sengaja dia bertemu dengan seseorang. Saya sebut "tidak sengaja" padahal sebetulnya itu sudah menjadi Kehendak Allah untuk mengujinya. Dia bertemu orang itu di jalan, seseorang yang kelihatannya biasa saja. 

Orang itu lalu memanggilnya, "Hei Ahmad!", bahkan tidak menyebutnya dengan panggilan "Syaikh Ahmad", sebagai tanda penghormatan. 

Dia berkata, "Wahai Ahmad! Engkau perlu kunci untuk mencapai kehadirat Ilahi? Aku punya kuncinya dan jika Kau mau, datanglah kepadaku dan akan kuberikan kepadamu".

Banyak di antara kita yang menolak fakta atau kenyataan karena merasa bangga terhadap ilmunya, walaupun dia tahu sebenarnya itu adalah jalan yang benar. Mereka tidak menerima sebab ego mereka mengatakan, "tidak!"

Ego Syaikh Ahmad berkata kepadanya, "Bagaimana mungkin Engkau menerima sesuatu darinya? Jangan menerima kunci darinya. Terimalah langsung dari Tuhan."Lalu dia berkata, "Wahai Saudaraku, Aku tidak akan menerima kunci darimu, tidak juga dari orang lain, kecuali dari Sang Pembuat Kunci. Siapa Engkau. Engkau bukan siapa-siapa."

Selanjutnya Ahmad Badawi berusaha untuk mencapai Kehadirat Ilahi sampai dia mendengar Tuhan berbicara kepadanya,

"Wahai Ahmad, kehidupan ini adalah kehidupan yang berisi sebab dan akibat. AKU tidak akan memberimu kunci. Sesuai Kehendak-KU, kunci untukmu berada pada orang itu. Pergilah dan dapatkan kunci itu darinya."


Sekarang persoalannya sudah selesai. Dia mendengarnya langsung dari Tuhannya, dan dia menerimanya. Sekarang dia harus mencari pemandunya. Tetapi sang pemandu telah lenyap. Dia telah meninggalkannya.

Selama enam bulan kemudian, pemandu itu mengamati hati Ahmad secara rahasia, melihat bahwa dia mencarinya dan berdo'a kepada Tuhan siang dan malam, "Ya Tuhanku ..., kirimkanlah orang itu kembali kepadaku", sampai akhirnya dia bisa menemukannya kembali.

Dengan segera orang itu membuka tabir yang ada pada dirinya selama ini.

Jadi sang pemandu membuka tabir dan menampakkan dirinya di hadapan Ahmad. Ahmad berkata, "Wahai Syaikh-ku! Aku menemukanmu." 


Dia tidak menemukannya tetapi pada hakekatnya, sang pemandulah yang menghilangkan tabirnya. Tetapi tetap saja dia berpikir bahwa dia telah menemukannya. Dia berkata, "Wahai Syaikhku, Aku menerimamu sebagai pemanduku".

Sang pemandu menjawab, "Jika engkau menerimaku sebagai pemandumu sekarang, engkau harus pasrah, menyerahkan diri, dan menyerahkan seluruh kehendakmu kepadaku. Engkau tidak diperkenankan mempunyai kemauan selama bersamaku. Engkau telah membangun ilmu pengetahuanmu pada sebuah pondasi yang lemah yang hanya dengan satu tiupan angin dari ego, dia akan jatuh".

Aku harus membangun pondasi yang kuat bagimu. Jadi, lihatlah ke dalam mataku. (Ahmad Badawi melihat ke matanya dan pemandu itu dengan segera menghapus seluruh pengetahuan yang telah dipelajari oleh Ahmad al-Badawi, pengetahuan yang berasal dari buku-buku).

Pengetahuan melalui buku-buku maksudnya ada banyak hal yang berasal dari ego si penulis.

Maka dia menghilangkan pengetahuan itu dari hati Ahmad dan kemudian lenyap. Dia meninggalkannya selama 6 bulan lagi bahkan dalam keadaan tidak tahu bagaimana mengucapkan kalimat, "Bismillahir rahmaanir rahiim." Ya! sampai-sampai Syaikh Ahmad Badawi pun tidak mengetahui bagaimana mengucapkan Nama Allah.

Orang-orang di kota kini mengejek Ahmad al-Badawi, yang kelihatannya seperti orang gila setelah sebelumnya menjadi ulama yang terkemuka.

Karena keterbatasan pengetahuan spiritual mereka, mereka berpikir bahwa dia benar-benar sakit. Yang mereka ketahui hanyalah bahwa dia mengikuti seseorang yang membuatnya gila, tetapi Ahmad al-Badawi tahu bahwa dia telah mendengar suara Tuhannya yang mengatakan bahwa,"Kuncimu ada pada orang itu".

Tidak ada yang membuatnya gila. Dia mengikuti orang itu.

Tetapi bila dia menerimanya sejak awal, ketika pemandu itu datang untuk pertama kalinya atas Kehendak Allah, dia tidak harus melewati ujian ini. Jadi mengapa kalian membuat diri kalian harus melewati ujian yang sama? Bila kalian menemukan kebenaran, seorang pemandu yang benar, terimalah dia dengan segera! Jangan bermain-main dengan ego kalian.

Dia meninggalkannya selama 6 bulan lagi dan muncul kembali di waktu yang lain. Dalam kurun waktu tersebut Ahmad al-Badawi terus mencarinya dan ketika dia bertemu kembali, Ahmad al-Badawi berkata, "Wahai Syaikhku, Aku menemukanmu lagi."

Saat itu sang pemandu memandang mata Ahmad al-Badawi dan memancarkan sesuatu dari lubuk hatinya kepada hati Ahmad al-Badawi melalui matanya. Pada saat itu terjadi transfer pengetahuan internal, pengetahuan dari Kitab Allah dan rahasia-rahasianya.

Pemandu itu melakukannya 3 kali sampai mata Ahmad al-Badawi memancarkan sinar yang begitu kuat bahkan orang tidk akan kuat melihat matanya. Oleh sebab itu dia menutup wajahnya dengan cadar. Saat itulah dia bisa memasuki Kehadirat Ilahi dan dia menerima kuncinya.

Tanpa bantuan pemandu sejati kalian tidak akan bisa mencapai Kehadirat Nya. Dialah yang akan membukakan pintu bagimu ke mana pun kalian akan pergi. Ahmad al-Badawi adalah seorang ulama besar yang mengetahui banyak hal. Dia bangga dengan pengetahuannya itu dan tidak mau menerima pelajaran dari orang lain. Dia hanya mau mengambil langsung dari posisi Yang Maha Tinggi. Dia tidak melihat ada yang lebih tinggi darinya kecuali Tuhan.

Bagaimana mungkin dia akan mengambil pelajaran dari orang lain? Berarti tidak ada sifat rendah hati pada dirinya. Dia telah kehilangan satu dari tiga karakteristik yang diperlukan oleh hamba Allah. Dia mempunyai rasa hormat, dia juga mencintai sesamanya, tetapi dia tidak mempunyai kerendahan hati untuk menerima nasihat dari orang lain. Dan karena dia telah kehilangan satu karakteristik itu, seolah-olah dia tidak mengalami kemajuan lagi.

Seorang Wali, seorang guru harus memiliki karakteristik hormat, cinta dan rendah hati.

Jika kalian melihat salah satunya tidak ada, maka dia bukanlah seorang pemandu sejati. Dia hanya akan membawa kalian ke jarak tertentu seperti yang kita lihat pada diri Ahmad al-Badawi yang bisa mencapai Tuhan sampai pada jarak tertentu, namun tidak bisa membukanya. Dia membutuhkan seseorang yang mempunyai kunci tetapi ketika ditemukan dia tidak menerimanya langsung karena kesombongannya. Dia terlalu banyak memikirkan dirinya. Akhirnya dia menerima juga setelah mendengar langsung dari Tuhannya, tetapi dia harus melewati ujian tertentu. Jika pada mulanya dia langsung menerimanya tanpa melalui rasa bangga terhadap dirinya, pintu itu segera terbuka baginya tanpa harus melewati ujian selama 2 tahun.
Bila kalian menemukan seorang pemandu dan hatimu merasa senang dengan kehadirannya, jangan dengarkan egomu. Katakan kepada ego, "Kau salah! Apa ruginya jika Aku menerimanya sebagai guru?"

Kalian tidak akan kehilangan apa pun. Bila kalian menunjukkan sifat rendah hati, ini cukup bagi Allah untuk menaikkan kalian. Jika Saya datang dan mengatakan, "Si Fulan dan si Fulan" adalah Syaikh Saya, dan Saya telah berbay'at dengannya. Apa salahnya? Saya menerimanya dan Saya menunjukkan kerendahan hati, Allah akan menaikkan Saya.

Memiliki sifat rendah hati adalah sangat penting
Jika kalian bersifat rendah hati, kalian akan menerima semua orang sebab setiap orang dapat menjadi pemandu bagimu. Ada sebuah peribahasa di Turki yang berupa pertanyaan kepada seseorang yang baik, "Dari mana Engkau belajar perilaku yang sempurna dalam masyarakat?"
jawabnya, "Dari orang-orang yang bersalah"!.

Aku mengamatinya, melihat kesalahan yang mereka lakukan lalu Aku menghindarinya. Jadi Aku bisa memperbaiki diriku lewat kesalahan orang lain."

Seorang pencari kebenaran ibarat seorang yang mencari mata air di padang pasir yang luas. Sejauh mata memandang hanya tampak hamparan pasir yang membakar. Namun kekuatan hatinya memandunya untuk selalu maju walaupun hanya dengan setitik harapan.


Wujud Tuhan hanya tampak keberadaannya dalam keyakinan hamba-hamba-NYA.

0 KOMENTAR:

Tulis Komentar