Jika kita cermati hadits-hadits Rasulullah, ternyata iming-iming pahala yang besar tidak hanya di bulan Ramadhan saja. Namun itu bisa terjadi setiap hari. Salah satunya melalui shalat jama’ah. Shalat jama’ah adalah amalan ringan yang di dalamnya tersimpan setumpuk keutamaan. Salahsatu hadits yang sangat popular berkaitan dgn masalah ini adalah: “Sholat jama’ah mengungguli sholat bersendirian sebanyak dua puluh tujuh derajat.” [HR Bukhari dan Muslim]
Pahala shalat jama’ah tidak hanya di dapat pada saat pelaksanaannya saja. Pahala itu bahkan sudah mulai mengalir sebelum melakukannya. Sejak pikiran kita tertaut ke masjid, sejak saat itu pulalah keutamaan-keutamaan mulai mengisi catatan amal kebaikan kita.
Melaksanakan shalat berjama’ah merupakan bentuk ta’abbud (peribadatan kepada Allah SWT) yang paling ditekankan, keta’atan terbesar, dan syi’ar Islam yang paling agung. Tetapi banyak kalangan yang menganggap remeh masalah ini.Sikap meremehkan ini dikarenakan sejumlah faktor, antara lain:
- Mereka tidak mengetahui apa yang telah disiapkan oleh Allah SWT berupa ganjaran yang besar dan pahala yang melimpah bagi orang yang melaksanakan sholat berjama’ah.
- Mereka tidak mengetahui hukum sholat berjama’ah, atau pura-pura tidak mengetahuinya. Maka perlu kiranya pada kajian kita kali ini membahas tentang Fawā’id/Faedah/Manfaat dari disyari’atkannya sholat berjama’ah. Yaitu sebagai targhib (penyenang/kabar gembira) serta tasyji’ (motivator) bagi orang yang melaksanakannya, sekaligus sebagai tarhib (peringatan/ancaman) bagi mereka yang malas melaksanakannya.
Di antara Fawā’id (Manfaat) dari di syari’atkannya sholat berjama’ah adalah:
1. Mematuhi Perintah Allah SWT
Firman Allah:
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’” QS [2]:43
Di dalam Tafsir Ibnu Katsir I/120 (Penerbit Gema Insani,cetakan ke-VIII) di katakan bahwa: “Sholat dalam penggalan ayat ini berimplikasi untuk dilakukan secara berjama’ah, yakni; sholatlah bersama jama’ah. Banyak ulama menjadikan ayat ini sebagai dalil yang mewajibkan sholat berjama’ah.”
Di dalam Tafsir Ibnu Katsir I/120 (Penerbit Pustaka Sahifa, cetakan pertama) di katakan bahwa: “Ini adalah perintah untuk sholat berjama’ah dan kewajibannya, dan bahwasanya ruku’ itu merupakan rukun di antara rukun-rukun sholat, karena Allah SWT menyebutkan sholat dengan kata ruku’, sedangkan mengungkapkan suatu ibadah dengan kata yang merupakan bagian darinya adalah menunjukkan kepada wajibnya hal itu kepadanya”.
Firman Allah SWT:
وَإِذَا كُنتَ فِيهِمْ فَأَقَمْتَ لَهُمُ الصَّلاَةَ فَلْتَقُمْ طَآئِفَةٌ مِّنْهُم مَّعَكَ وَلْيَأْخُذُواْ أَسْلِحَتَهُمْ فَإِذَا سَجَدُواْ فَلْيَكُونُواْ مِن وَرَآئِكُمْ وَلْتَأْتِ طَآئِفَةٌ أُخْرَى لَمْ يُصَلُّواْ فَلْيُصَلُّواْ مَعَكَ وَلْيَأْخُذُواْ حِذْرَهُمْ وَأَسْلِحَتَهُمْ وَدَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ لَوْ تَغْفُلُونَ عَنْ أَسْلِحَتِكُمْ وَأَمْتِعَتِكُمْ فَيَمِيلُونَ عَلَيْكُم مَّيْلَةً وَاحِدَةً وَلاَ جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِن كَانَ بِكُمْ أَذًى مِّن مَّطَرٍ أَوْ كُنتُم مَّرْضَى أَن تَضَعُواْ أَسْلِحَتَكُمْ وَخُذُواْ حِذْرَكُمْ إِنَّ اللّهَ أَعَدَّ لِلْكَافِرِينَ عَذَاباً مُّهِيناً
“Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan seraka'at), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum bersembahyang, lalu bersembahyanglah mereka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata. Orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus. Dan tidak ada dosa atasmu meletakkan senjata-senjatamu, jika kamu mendapat sesuatu kesusahan karena hujan atau karena kamu memang sakit; dan siap siagalah kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu.” (QS An-Nisa [4]:102)
Di dalam Tafsir as-Sa’di II/180 (Penerbit Pustaka Sahifa, cetakan pertama) di katakan bahwa: “Ayat ini menunjukkan bahwa sholat berjama’ah itu hukumnya wajib ‘ain, karena dua alasan:
- Bahwasanya Allah SWT memerintahkan hal tersebut dalam kondisi yang berat, yaitu saat memuncaknya rasa takut (khouf) terhadap musuh dan waspada terhadap serangan mereka, dan apabila Allah SWT mewajibkan sholat berjama’ah dalam kondisi segmenting itu, maka apalagi bila berada pada kondisi yang aman (normal). Tentu lebih utama dan lebih patut di tegakkan.
- Bahwasanya yang paling baik dan paling utama adalah sholat bersama satu imam, demi bersatunya kaum muslimin, tidak bercerai berai, agar hal tersebut menjadi satu faktor yang memberi rasa gentar kepada musuh-musuh kaum muslimin.
2. Shalatnya disaksikan dan dido’akan oleh para Malaikat
Dari Abu Hurairah r.a., katanya Nabi saw.bersabda: “Pahala shalat berjama’ah melebihi pahala shalat sendirian dua puluh lima derajat. Malaikat malam dan malaikat siang bertemu pada waktu shubuh.” Dalam hadits lain beliau saw bersabda: “ Sesungguhnya Malaikat senantiasa mendoakan seseorang kamu, selama dia masih berada di tempatnya shalat dan wudhuknya belum batal. Katanya: “ Wahai , Allah! Ampunilah dia, dan berilah dia rahmat.” Dan dia dianggap seperti dalam shalat selama dia menunggu waktu shalat.” [HR Muslim, hadits No.608 & 622]
Karena itu bacalah Qur’an pada waktu Subuh, karena membacanya waktu Subuh disaksikan para malaikat.”
3. Mendapat Naungan di Hari Kiamat
Dalam hadits shahih disebutkan, “Ada tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan di sisi Allah ketika tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. Salah satunya adalah orang yang “hatinya selalu bergantung di masjid”. [Shahih Bukhari: No.376-Muslim:No.989].
Imam Nawawi berkata,’Makna “hatinya selalu bergantung di masjid” adalah hatinya sangat cinta kepada masjid dan selalu mengikuti shalat berjama’ah di dalamnya.” Setiap kali adzan berkumandang hatinya langsung tertuju ke masjid. Ia meninggalkan semua aktifitasnya dan bersegera ke masjid menyongsong kemenangan yang dijanjikan oleh Allah.
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللّهِ مَنْ آمَنَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلاَةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْيَخْشَ إِلاَّ اللّهَ فَعَسَى أُوْلَـئِكَ أَن يَكُونُواْ مِنَ الْمُهْتَدِينَ
“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS at-Taubah [9]:18)
Dalam hal ini, lagi-lagi Rasulullah telah memberikan contoh luar biasa. Seasyik dan sesibuk apapun, jika adzan berkumandang, beliau akan segera meninggalkan pekerjaannya. “Aisyah r.a berkisah, ”Rasulullah pernah begitu asyik mengobrol dengan kami, tetapi ketika adzan berkumandang beliau langsung meninggalkan kami. Ia memutuskan pembicaraan seolah tidak mengenal kami dan kami pun tidak mengenalnya.”
4. Sebagai bukti dan tanda orang yang beriman
Dari Abu Abu Sa’id al Khudri r.a., sesungguhnya Rasulullah Saw.bersabda: “Jika kamu melihat seseorang terbiasa pergi ke masjid, maka saksikanlah bahwa dia itu beriman.” [HR.Tirmidzi, Ibnu Mardawaih, dan al-Hakim]
5. Orang yang shalat Jum’at adalah merupakan tamu Allah SWT.
Dari Salman r.a., bahwasanya Rasulullah Saw.bersabda: “Barangsiapa berwudhu’ di rumahnya lalu dia membaguskan wudhu’nya, kemudian mendatangi masjid, maka ia adalah orang yang berkunjung kepada Allah SWT (tamu Allah SWT), dan yang dikunjungi pasti akan menghormati orang yang mengunjunginya”. [HR.ath-Thabrani]
6. Lebih suci di sisi Allah SWT daripada sholat sendiri-sendiri.
Dari Qobats bin Asyyam al-Laitsi r.a., berkata, Rasulullah Saw.bersabda: “Sholat dua orang yang salah satunya menjadi imam bagi yang lain adalah lebih suci di sisi Allah daripada sholat empat orang sendiri-sendiri. Sholat empat orang (berjama’ah) lebih suci di sisi Allah daripada sholat delapan orang sendiri-sendiri, dan Sholat delapan orang yang salah satunya menjadi imam bagi yang lain adalah lebih suci di sisi Allah daripada sholat seratus orang sendiri-sendiri.” [Shahih Targhib wa Tarhib, No.412, Penerbit Pustaka Sahifa]
7. Allah SWT gembira dengan kedatangan hamba-Nya ke Masjid.
Dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw.bersabda: “Tidaklah seseorang senantiasa mendatangi masjid untuk sholat dan berdzikir, kecuali Allah SWT berbinar-binar kepadanya.” [Shahih Targhib wa Tarhib, No.327, Penerbit Pustaka Sahifa]
8. Menta’ati perintah Rasulullah SAW
Dari ‘Abdullah Ibn Mas’ud r.a., katanya, : “Siapa yang ingin bertemu dengan Allah SWT kelak sebagai seorang muslim yang sempurna, maka hendaklah ia selalu sholat berjama’ah setiap mendengar adzan, Karena Allah SWT telah mengukuhkan (menetapkan) hukum-hukum agama kepada Nabi-Nya, diantaranya ialah sholat berjama’ah itu.” [Shahih Muslim, No. 613]
9. Para Malaikat berebut mencatat perkara yang dapat menghapus dosa
Dari Ibnu Abbas r.a., katanya, Rasulullah SAW bersabda: “Tadi malam Allah SWT menemuiku (dalam mimpi) dalam bentuk yang paling bagus, lalu Allah SWT berfirman: “Hai Muhammad, apakah kamu tahu, tentang masalah apa malaikat bertengkar?” Beliau bersabda: ”Aku menjawab,“tidak tahu”. Lalu Allah SWT meletakkan tangan-NYA di antara dua bahuku (tengkukku) hingga aku dapat merasakan dingin di antara kedua susuku (dadaku). Ketika itu aku dapat mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Allah SWT berfirman lagi: “Hai Muhammad, apakah kamu tahu masalah apa malaikat bertengkar?” ”Aku menjawab,“Ya, yentang kaffarat (perkara-perkara yang dapat menghapus dosa), kaffarat adalah diam di masjid setelah melakukan sholat, berjalan kaki menuju sholat berjama’ah, dan menyempurnakan wudhu’ di waktu-waktu yang tidak di sukai (seperti musim dingin)”. Barangsiapa yang melakukan itu, maka ia hidup dengan baik, - mati dengan baik, dan dia bersih dari segala dosa seperti hari ia dilahirkan oleh ibunya”. [Shahih Sunan Tirmidzi, No.3233-3235]
10. Tidak akan pernah dikuasai Setan
Dari Abu Darda’ r.a., berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada tiga orang di sebuah desa atau pedalaman, yang tidak mendirikan sholat berjama’ah kecuali syaithon telah menguasai mereka, maka berjama’ahlah karena srigala hanya memangsa domba yang menyendiri dari kelompoknya.” [Shahih Targhib wa Tarhib, No.427, Penerbit Pustaka Sahifa]
11. Mendapat pahala seperti pahala orang yang melaksanakan Haji.
Dari Abu Umamah r.a.,bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan suci untuk mengerjakan sholat wajib di (masjid), maka pahalanya seperti pahala orang ber-haji”. [Shahih Sunan Abu Daud No.558]
12. Mendapat jaminan Allah SWT.
Dari Abu Umamah al-Bahili r.a., dari Rosululloh SAW, beliau bersabda: “Tiga orang yang semuanya mendapat jaminan dari Allah SWT, yaitu : "Orang yang pergi ke masjid, Ia mendapat jaminan dari Allah hingga meninggalnya, yaitu Allah akan memasukkannya ke dalam surga.” [Shahih Sunan Abu Daud No.2494]
13. Diampuni Allah SWT akan dosa-dosanya.
Dari ‘Utsman bin ‘Affan r.a., katanya dia mendengar Rosululloh SAW bersabda: “Siapa yang berwudhu’ untuk sholat, dan disemprnakan wudhu’nya itu sebagus-bagusnya, sesudah itu ia pergi menunaikan sholat wajib berjama’ah dengan orang banyak di masjid, niscaya Allah mengampuni dosa-dosanya” [Shahih Muslim, No.181]
14. Salahsatu sebab yang membuat ta’jub Allah SWT.
Dari Abdullah bin Umar r.a. berkata, aku mendengar Rassulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah Tabaroka wa Ta’ala ta’jub terhadap sholat dengan berjama’ah.” [Shahih Targhib wa Tarhib, No.406, Penerbit Pustaka Sahifa]
15. Setiap langkah kaki menuju ke Masjid tercatat di Lauh Mahfuzh.
“Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).” [Tafsir Ibnu Katsir III/982-983 (Penerbit Gema Insani,cetakan ke-VI]
16. Orang yang keluar untuk sholat berjama’ah, sudah dianggap dalam Sholat.
Dari Ka’ab bin ‘Ujroh r.a. ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Jika salah seorang kalian berwudhu’ dengan sempurna kemudian keluar menuju masjid, Maka janganlah menjalinkan kedua tangannya, karena ia dipandang dalam keadaan sholat.” [Shahih Sunan Abu Daud, No.562]
17. Allah, Rasul dan Malaikat-Nya memberi shalawat kepada orang yang berada pada Shaf.
Dari Abu Umamah r.a., katanya Rasululloh SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat berselawat untuk shof pertama” Mereka (para shahabat) berkata: ” Ya Rasulullah, juga untuk shaf yang kedua?” Rasululloh menjawab: "Sesungguhnya Allah dan para malaikat berselawat untuk shof pertama” Mereka (para shahabat) berkata: ” Ya Rasulullah, juga untuk shaf yang kedua?” Rasululloh menjawab: ”Juga untuk shof yang ke dua.” [Shahih Targhib wa Tarhib, No.491]
Dari Irbadh bin Syariyah r.a., bahwa Rasulullah SAW selalu memohonkan ampun untuk shof pertama sebanyak 3 kali dan shof kedua 1 kali.” [Shahih Sunan Ibnu Majah, No.822]
Dari ‘Aisyah r.r., dia berkata Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-NYA mengucapkan sholawat untuk shof kanan.” [Shahih Sunan Abu Daud, No.676]
Dari ‘Aisyah r.r., dia berkata Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-NYA mengucapkan sholawat untuk orang yang menyambung shaf.” [Shahih Sunan Ibnu Majah, No.821]
18. Menyingkap kedok kaum Munafik
Pada zaman Rasulullah, sholat jama’ah juga berfungsi menyingkap kedok para musang berbulu domba. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya sholat paling berat bagi kaum munafik adalah sholat subuh dan isya’. Kalaulah mereka tahu pahala keduanya, niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak-rangkak.” [HR Muslim, hadits No.610]
Ibnu Mas’ud berkata: “Sungguh Rasulullah telah mengajarkan kepada kami jalan-jalan petunjuk dan diantara jalan petunjuk itu adalah sholat di masjid yang di dalamnya di kumandangkan adzan. Dan tidaklah seorang meninggalkan sholat berjama’ah kecuali orang munafik yang telah jelas nifaknya.” Perkataan Abdullah Ibnu Mas’ud r.a ini kiranya membuat kita waspada. Sebab malas sholat berjama’ah termasuk tanda-tanda kemunafikan.
19. Mempererat Ukhuwah
Selain fungsi yang bernuansa ukhrowi seperti diatas, sholat jama’ah juga memiliki fungsi-fungsi sosial kemasyarakatan. Ia adalah media untuk merekatkan ukhuwah imaniah antar sesama muslim.
Ketika Rasulullah tiba di Madinah [awal hijrah], misi pertama beliau adalah mempersatukan kaum Muhajirin dan Anshor. Langkah apa yang beliau tempuh mewujudkannya? Beliau segera membangun masjid. Melalui masjid, upaya merajut ukhuwah itu bias di wujudkan. Tidak hanya itu, dari masjid ini pula lah lahir ide dan keputusan-keputusan penting yang menjadi rahasia dibalik suksesnya beliau dalam berdakwah.
20. Menghapus dosa dan meninggikan derajat
Shalat jama’ah juga tidak hanya menambah perbendaharaan pahala kita. Ia juga berfungsi sebagai penghapus dosa. Setiap ayunan langkah menuju masjid akan menghapus satu dosa. Cobalah kita renungkan, berapa dosa yang akan terhapus jika kita bisa melaksanakan sholat berjama’ah lima kali sehari di masjid?
Kehebatan shalat ber-jama’ah tidak berhenti disitu saja, sebab disamping menghapus dosa, setiap langkah-langkah kaki yang diayunkan, Allah mengkatnya satu derajat. Bayangkan bahwa setiap ayunan satu langkah kaki merupakan penghapusan satu dosa, dan ayunan langkah kaki yang satunya lagi, Allah meninggikannya satu derajat, sedangkan duduknya kita menunggu waktu sholat, oleh Allah sudah dianggap sedang berada di dalam sholat.
Subhanallah!
Rasulullah bersabda: “Maka sesungguhnya jika salah seorang diantara kalian berwudhu dengan baik kemudian datang ke masjid tidak lain kecuali untuk sholat, maka tidaklah ia melangkah kecuali Allah mengangkat derajatnya dengannya [dengan langkahnya] dan menghapuskan dosanya sampai ia masuk ke masjid. Jika ia telah masuk ke masjid maka ia seperti dalam sholat selama ia berada di dalamnya karena sholat.” [HR Muslim,No. 621]
Tak heran jika seorang shahabat yang tinggal sangat jauh dari masjid begitu gigih untuk hadir berjama’ah di masjid. Beberapa shahabat ada yang iba melihat keletihan yang tampak pada wajah shahabat ini setiap kali tiba di masjid. Mereka mengusulkan agar ia membeli keledai utk tunggangannya di malam gelap atau di panas terik atau sebaiknya pindah saja ke rumah yang lebih dekat ke masjid. Tapi shahabat mulia ini enggan menerima usulan itu. Bukan apa-apa, ia hanya takut kehilangan keutamaan berjalan menuju masjid. Ia tahu persis keutamaan melimpah seperti itu sangat jarang ditemui dalam ibadah-ibadah lain. [Lihat Shahih Muslim No.624-625]
21. Rasulullah dan Shalat Berjama’ah
Rasulullah sendiri telah memberikan teladan yang sangat baik dalam hal sholat berjama’ah. Ketika menjelang wafat, beliau masih berjuang sekuat tenaga agar bisa datang ke masjid. Beberapa kali beliau jatuh pingsan. Tapi setiap kali tersadar, beliau selalu minta air wudhu agar bisa ke masjid. Bahkan menurut ‘Aisyah, ketika beliau menyadari ketidak-berdayaannya untuk ke masjid, beliau segera meminta dua orang shahabat untuk memapahnya. ‘A’isyah menggambarkan, Rasulullah ke masjid dengan wajah merintih karena menahan rasa sakit. Sikap luar biasa ini diikuti pula oleh para shahabat beliau.
DALIL-DALIL WAJIB SHOLAT BERJAMAAH
- Rasulullah SAW akan membakar rumah orang yang meninggalkan sholat berjama’ah,
Dari Usamah bin Zaid r.a., ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:”Hendaklah sekelompok orang dapat mengehentikan kebiasannya untuk meninggalkan sholat berjama’ah, atau akan aku bakar rumah-rumah mereka”. [Shahih Sunan Ibnu Majah, No.654].
- Meninggalkan sholat berjama’ah termasuk salah satu tanda munafiq
Dari Ubay bin Ka’ab r.a., dia berkata: Pada suatu hari Rasulullah SAW mengerjakan sholat subuh bersama kami, lalu beliau bersabda:”Apakah si fulan hadir?” Mereka (para sahabat) menjawab: “Tidak”. Beliau bersabda:”Apakah si fulan hadir?” Mereka (para sahabat) menjawab: “Tidak”. Beliau SAW bersabda: “Sesungguhnya sholat paling berat bagi kaum munafik adalah sholat subuh dan isya’. Kalaulah mereka tahu pahala keduanya, niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak...” [HR Muslim, hadits No.610]
Dalam hadist lain beliau SAW bersabda: “Sesungguhnya shof pertama adalah seperti shof para malaikat (karena dekatnya pada Allah). Seandainya kalian mengetahui keutamaan shof pertama, pasti kalian akan memperebutkannya. Sesungguhnya sholat seseorangyang berjama’ah dengan satu orang , adalah lebih baik daripada sholat sendirian.Dan sholatnya bersama dua orang jama’ah, adalah lebih baik daripada sholat bersama seorang jama’ah.. Semakin banyak jama’ah, maka semakin di cintai oleh Allah”. [Al Musnad, No.7913 (XV/50-51), Syaikh Ahmad Syakir mengatakan sandanya Hasan]
Dalam riwayat Imam Ahmad di jelaskan tentang ciri-ciri orang munafiq,
Dari Abu Hurairah r.a.,dari Nabi SAW,Beliau bersabda: “Sesungguhnya kaum munafiq memiliki beberapa tanda: ”Salam mereka adalah caci maki - makanan mereka adalah rampasan, Ghonimah mereka adalah kedengkian - mereka tidak dekat dengan masjid melainkan menjauhinya. Tidak mendatangi sholat kecuali terlambat - sombong Tidak berbelas kasih dan tidak di belas kasihi - menjadi kayu pada malam hari-berteriak-teriak pada siang hari.” (Al Musnad, No.7913 (XV/50-51), Syaikh Ahmad Syakir mengatakan Sanadnya Hasan)
- Mengarah kepada kekafiran
Dari Abdullah bin Mas’ud r.a, dia berkata: “…Seandainya kamu mengerjakan sholat dalam rumahmu, lalu meninggalkan masjid-masjid kamu, berarti kamu telah meninggalkan sunnah-sunnah Nabi kamu, dan jika telah meinggalkan sunnah Nabi kamu, pasti kamu telah kafir.”
- Nabi tidak memberikan keringanan (rukhshah) untuk meninggalkan sholat berjama’ah
Dari Ibnu Ummi Maktum r.a, bahwasanya dia pernah bertanya kepada Nabi SAW, maka dia berkata: “Wahai Rasululloh! Sesungguhnya saya seorang laki-laki yang buta, rumah jauh, tidak ada menuntunku, di kota Madinah banyak binatang berbisa (ular dsb), dan binatang buas, karena itu adakah keringanan buat saya untuk sholat di rumah?” Nabi SAW bersabda: “Apakah kamu mendengar seruan adzan (Hayya ‘alash-sholah-Hayya ‘alal falaah)?” Kata Ummi Maktum: “Ya” Nabi SAW bersabda: “Aku tidak mendapatkan keringanan bagimu untuk meninggalkan sholat berjama;ah, karena itu penuhilah”. [Shahih Sunan Ibnu Majah, No.652].
Cukuplah menjadi pelajaran berharga bagi kita kegigihan Ibnu Ummi Maktum. Sahabat ini buta [tuna netra] dan rumahnya lumayan jauh dari masjid. Konon shahabat yang juga merupakan salah satu dari dua muadzin Rasulullah [disamping Bilal bin Rabah] ini, pernah meminta keringanan meninggalkan sholat berjama’ah karena kebutaannya. Tapi karena panggilan adzan masih didengarnya maka dispensasi itu tidak diberikan. Maka sejak itu Ibnu Maktum selalu hadir ke masjid meski ia buta dan tidak ada yang menuntunnya!
Subhanallah!
Lalu bagaimanakah dengan kita? Kita bukan nabi dan bukan pula shahabat yang memiliki seabrek keutamaan. Kita hanyalah manusia biasa yang banyak berbuat salah. Termasuk kebodohan yang nyata jika kita tidak bisa memanfaatkan seabreg peluang-peluang emas yang terhimpun dalam sholat jama’ah itu. Mari kita fokuskan pandangan kita pada besarnya pahala dan keutamaan yang ada di dalam sholat jama’ah. Para ulama sepakat, shalat jama’ah merupakan ibadah yang sangat mulia dan memiliki keutamaan luar biasa! Semogalah kita bisa merebut keutamaan-keutamaan itu!
Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Azza wa Jalla. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw.beserta keluarga dan shahabatnya.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”
(QS Al-Ahzab [33]:5)
0 KOMENTAR:
Tulis Komentar