TANYALAH HATI NURANIMU

Rasulullah SAW bersabda; "Tanyakan pada hatimu sendiri! Kebaikan adalah apa yang jiwa dan hati tenang karenanya, sedangkan dosa adalah sesuatu yang menimbulkan keraguan dalam jiwa dan rasa gundah dalam dada, meskipun orang-orang memberi fatwa kepadamu dan mereka membenarkannya." [HR Imam Ahmad bin Hanbal]

Minggu, 24 Juli 2016

Jihad Di Jalan Allah

Selama berabad-abad, kata "Jihad" dalam ajaran Islam dan Konsep Jihad dalam ajaran Islam itu sendiri telah demikian banyak disalahartikan, tidak saja oleh kelompok-kelompok di luar Islam, bahkan tidak sedikit pula oleh kelompok-kelompok dari kalangan Islam sendiri yang memaknainya secara sangat sempit, seolah-olah jihad merupakan satu-satunya bentuk perjuangan teragung setiap Muslim dalam upayanya menegakkan ajaran Islam yang identik dengan tindak kekerasan!
Pemahaman sempit ini, pada gilirannya melahirkan aksi-aksi terror atas nama Islam yang kerapkali menghilangkan banyak nyawa manusia di berbagai belahan bumi yang ironisnya, justru sangat menyelisihi dan benar-benar bertentangan dengan inti ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW sebagi agama Rahmatan Lil Alamin, atau agama pembawa rahmat bagi seluruh alam semesta!
 
Allah berfirman,

وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ
Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam. (QS. Anbiyaa: 107)

Karena itu, menghilangkan nyawa makhluk Allah merupakan perbuatan terlarang sebagaimana firman-Nya,

وَ لَا تَقۡتُلُوا النَّفۡسَ الَّتِیۡ حَرَّمَ اللّٰہُ اِلَّا بِالۡحَقِّ ؕ ذٰلِکُمۡ وَصّٰکُمۡ بِہٖ لَعَلَّکُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ
" ... janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu mengerti." (QS. Al-An'am: 151)

مِنۡ اَجۡلِ ذٰلِکَ ۚۛؔ کَتَبۡنَا عَلٰی بَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ اَنَّہٗ مَنۡ قَتَلَ نَفۡسًۢا بِغَیۡرِ نَفۡسٍ اَوۡ فَسَادٍ فِی الۡاَرۡضِ فَکَاَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِیۡعًا ؕ وَ مَنۡ اَحۡیَاہَا فَکَاَنَّمَاۤ اَحۡیَا النَّاسَ جَمِیۡعًا ؕ وَ لَقَدۡ جَآءَتۡہُمۡ رُسُلُنَا بِالۡبَیِّنٰتِ ۫ ثُمَّ اِنَّ کَثِیۡرًا مِّنۡہُمۡ بَعۡدَ ذٰلِکَ فِی الۡاَرۡضِ لَمُسۡرِفُوۡنَ
" .... barangsiapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia. Sesungguhnya Rasul Kami telah datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi kemudian banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas di bumi." (QS. Al-Maidah:32)
 
Dengan demikian, menurut ajaran Islam sendiri, mengaitkan upaya Jihad di jalan Allah dengan aksi-aksi teror, apalagi sampai menyebabkan hilangnya nyawa makhluk Allah,  pada dasarnya adalah tindakan yang melawan hukum Allah!    
 
JIHAD TIDAK SAMA DENGAN TERORISME
Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 3 Tahun 2004 tentang terorisme menyebut aksi teror dan  jihad adalah dua tindakan yang berbeda. Jihad merupakan kata serapan dari bahasa Arab, memiliki arti mengerahkan segenap potensi diri untuk mencapai suatu tujuan mulia.

Jihad juga berarti segala usaha dan upaya sekuat tenaga serta kesediaan untuk menanggung kesulitan di dalam memerangi dan melawan agresi musuh dalam segala bentuknya. Sedangkan terorisme disebut sebagai tindakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan peradaban yang menimbulkan ancaman serius terhadap kedaulatan negara, bahaya terhadap keamanan, perdamaian dunia serta merugikan kesejahteraan masyarakat.

Jihad dan terorisme memiliki perbedaan yang sangat mencolok. Tujuan jihad adalah melakukan perbaikan denga maksud menegakkan agama Allah, dan dilakukan dengan mengikuti aturan yang ditentukan oleh syari’at dengan sasaran yang sudah jelas.

Sementara terorisme bersifat merusak (ifsad) dan anarkhis, tujuannya menciptakan rasa takut atau menghancurkan pihak lain yang dilakukan tanpa aturan dengan sasaran tanpa batas. Dari perbedaan ini, dan sesuai pula dengan ajaran Islam itu sendiri, dengan tegas MUI mengharamkan terorisme di satu sisi dan dan mewajibkan jihad di sisi lain. 

JIHAD TIDAK SELALU BERARTI PERANG

Jihad hawa nafsu dikatakan sebagai jihad terbesar seorang hamba.
Dalam kitab Minhajul Muslim yang masyhur, Syekh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi menjelaskan bahwa jihad  tidak selamanya diartikan perang. Ia menyebut ada empat macam jihad yang menjadi bagian penting dalam ajaran Islam.

• Jihad terhadap orang kafir yang memerangi Islam
Jihad ini bisa dengan terjun ke medan perang, harta, lisan dan hati. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: "Berjihadlah kalian melawan orang-orang musyrik dengan harta, jiwa, dan lisan kalian," [HR. Ahmad].

• Jihad melawan orang fasik dengan terjun ke medan perang, harta, lisan dan hati
Rasulullah SAW bersabda yang artinya: "Barangsiapa yang melihat kemungkaran hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, bila tidak mampu maka dengan lisannya, bila tidak mampu juga maka dengan hatinya dan itu adalah selemah-lemahnya iman," [HR. Muslim].

• Jihad melawan syetan dengan cara menolak syubhat yang dia bawa dan meninggalkan maksiat yang ia iming-imingi
Allah berfirman yang artinya: "Sesungguhnya syetan adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuhmu," (QS. Fathir: 6).

• Jihad melawan hawa nafsu
Jihad ini dengan menggiringnya belajar pengetahuan agama, mengamalkannya, mengajarkannya, memalingkan dirinya dari keinginan nafsunya serta melawan gejolaknya. Jihad melawan hawa nafsu ini bahkan disebut sebagai jihad agung, sampai-sampai dikatakan sebagai jihad terbesar seorang hamba.

Syekh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi juga mengatakan jihad memiliki banyak hikmah dari pelaksanaannya, yakni agar musuh ajaran agama dan kejahatan bisa terusir, jiwa dan harta terjaga, hak terlindungi, keadilan terbentengi serta kebaikan dan Islam bisa tersebar. 

Dengan mengamalkan beragam jenis jihad tersebut, Insya Allah seseorang akan mendapatkan ridha Allah Ta'ala dan Insya Allah pula akan mendapatkan surga-Nya jika meninggal dalam pelaksanaannya. 
 
Rasulullah SAW bersabda:
"Perumpamaan mujahid di jalan Allah dan Allah maha mengetahui tentang orang yang berjihad di jalan-Nya ialah seperti orang yang selalu berpuasa dan mengerjakan shalat malam. Allah menjamin seseorang yang berjihad di jalan-Nya bila menininggal akan dimasukkan ke dalam syurga atau dikembalikan dengan selamat beserta pahala atau ghanimah," (HR. Ibnu Majah).

Sumber: Republika Online

Berikut beberapa referensi perihal Jihad di jalan Allah yang seyogyanya patut untuk dicermati dengan mengedepankan akal budi berdasarkan pada pemahaman akan ayat-ayat Al-Quran dan hadits-hadits yang berhubungan dengan jihad:
  • JIHAD DI JALAN ALLAH - 1
    Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah, Al-Imam Ibnul-Qayyim telah membuat uraian ringkas mengenai masalah jihad dalam Islam lewat salahsatu bukunya yang berjudul "ZAADUL-MAAD" dalam fasal yang berjudul “Susunan Petunjuk Rasulullah mengenai Orang Kafir dan Munafiq Sejak Mulai Nabi Dibangkitkan Hingga Beliau Wafat.” Uraian itu sebagai...
  • JIHAD DI JALAN ALLAH - 2
    Dengan demikian maka Islam mesti bergerak di bumi ini untuk menghapuskan realita yang bertentangan dengan proklamasi umum itu, menyampaikan dakwah dan menjalankan gerakan sekaligus. Islam juga harus memberikan pukulan sekaligus terhadap segala macam pukulan pihak penguasa politik yang memaksa umat manusia mengabdikan diri kepada yang lain...
  • JIHAD DI JALAN ALLAH - 3
    Adapun di Madinah - zaman permulaan hijrah - maka sesungguhnya perjanjian yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dengan orang Yahudi dan kaum musyrik Madinah dan kawasan-kawasan sekitarnya (terkenal dalam sejarah Islam sebagai PIAGAM MADINAH, sebagai tanda terbentangnya sebuah negara modern di Madinah, (negara yang memenuhi syarat-syarat...
  • JIHAD DI JALAN ALLAH - 4
    Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah, Agama ini memang harus mempertahankan diri dari setiap serangan yang datang. Karena keberadaannya merupakan proklamasi umum pengabdian hanya kepada Allah, Tuhan Seru sekalian alam serta proklamasi pembebasan umat manusia dari pengabdian diri kepada sesama manusia. Juga, merupakan eksistensi organisasi...
  • 20. JIHAD BUKAN DENGAN BERBUAT DZALIM!
    Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Salah seorang pemuda pemberani datang kepada MUHAMMAD untuk memohon ikut berjihad fisabilillah. Ia berkata “Ya, Rasulullah! Saya ingin sekali berjihad, tetapi saya tidak mampu”. Rasulullah menjawab: “Apa masih ada salah seorang dari orangtuamu?” “Ya”, sahut orang itu. Maka bersabdalah...
  • 11. KITAB JIHAD
    XIKITAB JIHAD  Hadits ke-1Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa mati, sedang ia tidak pernah berjihad dan tidak mempunyai keinginan untuk jihad, ia mati dalam satu cabang kemunafikan." Muttafaq Alaihi. Hadits ke-2Dari Anas bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam...


Related Posts

  • Riwayat Para Nabi Dan Rasul Allah Nabi adalah sebutan untuk laki-laki yang menerima wahyu Allah. Sedangkan Rasul adalah Nabi yang tak hanya menerima wahyu, namun juga wajib menyampaikan wahyu kepada umatnya. Menurut Rasulullah SAW, seluruh Nabi yang pernah diutus oleh Allah SWT kepa… Read More
  • Para Sahabat Tidak semua teman dari Nabi Muhammad SAW dapat disebut sebagai sahabat Nabi. Definisi dari sahabat Nabi Muhammad seringkali salah tafsir karena banyak yang mengira bahwa dengan mengenal saja sudah cukup untuk menjadi sahabat Nabi.Dalam buku"Al-Iṣāba… Read More
  • Antara Sunnah Dan Bid'ah Dari ‘Aisyah ra, Rasulullah bersabda; “Barangsiapa mengada-adakan (perkara baru) dalam urusan (agama) kami ini, maka hal itu tertolak.” Dalam riwayat yang lain Rasulullah- bersabda; “Barangsiapa mengerjakan suatu amalan tanpa ada dasar dari urusa… Read More
  • Tentang Rasulullah SAW Rentang kesejarahan dengan periode nubuwwah telah demikian lama, namun Nabi Muhammad SAW tetap menjadi teladan perilaku dan inspirasi yang demikian nyata dalam mengelola heterogenitas dengan prinsip penghargaan terhadap hak asasi dan sikap saling me… Read More
  • Tadabur Al-Quran Allah SWT berfirman, “Kitab (Al-Qur'an) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran.” (QS Shad [38]: 29). Dalam tafsirnya tentang ayat ini, al-Sa’di menjela… Read More

0 KOMENTAR:

Tulis Komentar