KEUTAMAAN MAJLIS DZIKIR
“Bersabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam:
“Tidakkah duduk suatu kaum pada suatu mejelis (tempat duduk), dimana mereka berdzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla, melainkan mereka dikelilingi oleh malaikat, diliputi oleh rahmat dan disebutkan mereka oleh Allah Ta’ala dalam golongan orang yang di-hadlirat-Nya.” (¹)
“Tidaklah duduk suatu kaum pada suatu mejelis seraya berdzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla, melainkan para malaikat mengelilingi mereka, mencurahkan rahmat kepada mereka, dan Allah pun menyebut mereka di tengah-tengah para malaikat yang ada di sisi-Nya”.
“Tidakkah duduk suatu kaum pada suatu mejelis seraya berdzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla, tanpa menginginkan sesuatu selain keridhaan-Nya, melainkan diserukan kepada mereka oleh penyeru dari langit: “Berdirilah dengan ampunan bagimu! Sesungguhnya segala keburukanmu telah digantikan dengan kebaikan”.
“Tidak duduklah suatu kaum pada suatu mejelis tanpa berdzikir (menyebut nama/mengingati) kepada Allah SWT dan tidak bershalawat kepada Nabi SAW., melainkan bagi mereka yang sedemikian itu akan menjadi suatu penyesalan pada Hari Kiamat”. (²)
“Majelis kebaikan menghapuskan bagi orang Mukmin dua juta majelis kejahatan…”
Bersabda Nabi Dawud a.s
“Wahai Tuhanku! Apabila Engkau melihat aku melewati majelis orang berzikir, menuju mejelis orang-orang yang lalai, maka patahkanlah kakiku, supaya tidak sampai kepada mereka. Karena itu adalah suatu nikmat yang Engkau anugerahkan kepadaku”.
Berkata Abũ Hurayrah r.a.:
“Penghuni langit memperhatikan rumah-rumah penduduk bumi yang disebutkan nama Allah SWT didalamnya, sebagaimana mereka memperhatikan bintang-bintang”.
Sufyân ibn ‘Uyaynah r.a. mengatakan bahwa jika suatu kaum berkumpul untuk berzikir kepada Allah SWT, pastilah setan dan dunia lari.
Setan berkata kepada dunia, “Tidakkah engkau melihat apa yang mereka perbuat?”
Lalu dunia menjawab, “Biarkanlah mereka! Karena apabila mereka telah bubar, aku akan membawa leher mereka kepadamu”.
Abũ Hurayrah r.a. meriwayatkan bahwa ia masuk ke sebuah pasar, lalu ia berkata:
“Aku lihat kalian di sini sementara pusaka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam Dibagi-bagikan di dalam masjid.”
Maka pergilah orang banyak itu ke masjid dan meninggalkan pasar, akan tetapi mereka tidak melihat harta pusaka itu. Maka mereka bertanya: “Wahai Abũ Hurayrah, kami tidak melihat harta pusaka dibagikan di dalam masjid.”Abũ Hurayrah balik bertanya: “Apa yang kalian lihat?” Mereka menjawab:“Yang kami lihat adalah suatu kaum yang sedang berzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan membaca Al-Qur’an”. Abũ Hurayrah berkata:· “Itulah harta pusaka Rasulullah Saw.”
Al-A’masy meriwayatkan hadis dari Abũ Shâlih, dari Abũ Hurayrah dan Abũ Sa’îd al-Khudrî. Dari Nabi Saw., bahwa beliau Shallallahu 'alaihi wassalam., bersabda:
“Allah ‘Azza wa Jalla memiliki para malaikat yang selalu memuji-Nya di bumi. Mereka mencatat amalan manusia. Apabila mereka menemukan suatu kaum sedang berzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla, mereka saling panggil-memanggil sesama mereka; “Marilah menuju sasaran!” Para malaikat pun datang dan mengelilingi kaum yang berzikir itu. Kemudian mereka kembali ke langit.
Allah SWT bertanya; “Apa yang hamba-hamba-Ku kerjakan ketika kalian meninggalkan mereka?”
Para malaikat menjawab; “Kami tinggalkan mereka dalam keadaan memuji, memuliakan, dan bertasbih menyucikan-Mu”.
Allah SWT bertanya lagi, “Apakah mereka melihat-Ku?”
Para malaikat menjawab, “Tidak.”
Allah SWT bertanya lagi, “Bagaimanakah seandainya mereka melihat-Ku?”
Para malaikat menjawab, ”Seandainya mereka melihat-Mu, niscaya mereka akan lebih banyak bertasbih dan memuliakan-Mu”.
Allah SWT bertanya lagi, ”Dari apakah mereka memohon perlindungan?”
Para malaikat menjawab, “Dari api neraka.”·
Allah SWT bertanya lagi, “Apakah mereka melihatnya?”
Para malaikat menjawab, ”Tidak”.
Allah SWT bertanya lagi, “Bagaimanakah seandainya mereka melihat-nya??”
Para malaikat menjawab, "Seandainya mereka melihatnya, niscaya mereka lebih takut padanya dan lebih banyak berusaha menghindarinya”.
Allah SWT bertanya lagi, “Apa yang mereka cari?”
Para malaikat menjawab, “Surga”.
Allah SWT bertanya lagi, “Apakah mereka melihatnya?”
Para malaikat menjawab, "Tidak”.
Allah SWT bertanya lagi, “Bagaimanakah seandainya mereka melihatnya??”
Para malaikat menjawab, ”Seandainya mereka melihatnya, niscaya mereka lebih besar lagi keinginannya”.
Allah berfirman, ”Aku bersaksi kepada kalian bahwa Aku telah mengampuni mereka”.
Menjawab para malaikat, “Dalam kelompok mereka itu ada si Fulan, yang tiada berkehendak kepada mereka. Ia datang hanya karena ada suatu keperluan”·
Maka berfirmanalah Allah ‘Azza wa Jalla, ”Mereka itu adalah kaum, yang tidak merugi orang yang duduk bersama mereka”.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam Bersabda:
“Seutama-utamanya ucapan yang aku dan para nabi sebelumku ucapkan adalah kalimat “Lâ ilâha illallâh wahdahu lâ syarîkalah" (Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya). Barangsiapa mengucapkan “Lâ ilâha illallâh wahdahu lâ syarîkalah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘alâ kulli syay’in qadîr" (Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya.Milik-Nya kerajaan dan segala pujian. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu), setiap hari seratus kali, maka ia diberi pahala sama dengan pahala memerdekakan sepuluh hamba sahaya, dituliskan baginya seratus kebaikan, dan dihapuskan darinya seratus kejelekan. Selain itu, baginya perlindungan dari setan pada hari itu hingga malam. Tidak ada seorang pun memperoleh sesuatu yang lebih utama dari itu selain yang mengamalkan lebih dari itu. Tiadalah seorang hamba yang berwudhu, lalu membaguskannya, kemudian mengangkat kedua tangannya seraya berdoa, “Asyhadu alla ilâha illallâh wahdahu lâ syarîkalah wa Asyhadu annaMuhammadan ‘abduhu wa rasũluh" (Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya), melainkan dibukakan baginya pintu-pintu surga. Ia masuk dari pintu mana saja yang disukainya.”
Dipetik dari tulisan: al-Imam Al-Ghazali dalam bukunya: “IHYA’-ULUMIDDIN” (Menghidupkan Kembali Ilmu-Ilmu Agama) dan Kitab “Mukasyafah al-Qulub”
Sangat bagus tulisannya.
BalasHapus