Jumat, 14 Mei 2010
SYAITAN DAN KESADARAN MANUSIA
Di dalam Al-Qur`an, Allah mengatakan bahwa syaitan sangatlah kufur dan suka melawan. Kita juga belajar dari Al-Qur`an bahwa syaitan akan mendekati manusia dari setiap arah dan ia akan berusaha dengan segala cara untuk membawa manusia kepada kebejatan moral. Metode yang paling sering dilakukan syaitan dalam rencana jahatnya adalah menghalangi manusia dari melihat kebaikan dalam segala peristiwa yang menimpanya.
Dengan cara demikian, ia juga berusaha untuk menyesatkan manusia kepada pemberontakan dan kekufuran. Orang yang tidak mampu memahami keindahan akhlaq Al-Qur`an akan jauh dari ajaran Islam dan mereka yang menghabiskan hidup mereka untuk mengejar kesia-siaan dan melupakan akhirat akan mudah jatuh ke dalam perangkap syaitan.
Syaitan menyerang kelemahan manusia dan membisikkan tipu daya yang menyenangkan kepada manusia. Ia memanggilnya untuk melawan Allah dan takdir-Nya. Sebagai contoh, seorang mungkin tidak akan merasa kesulitan untuk melihat bahwa tetangganya terkena musibah karena itu adalah bagian dari takdirnya. Namun, dia mungkin tidak bersikap demikian saat ia atau keluarganya tertimpa musibah yang sama. Karena hasutan setan, ia lebih mudah melawan kepada Allah.
Seseorang harus melatih kesabarannya supaya ia dapat berusaha melihat kebaikan dalam semua peristiwa, untuk menunjukkan ketundukan dan kepercayaannya kepada Allah. Ketidakmampuan untuk melatih kesadaran seseorang hanya akan membawa kepada sikap yang salah.
Usaha syaitan untuuk menghalangi manusia untuk melihat kebaikan dengan perbuatan mereka sendiri. Sebagai contoh, syaitan berusaha untuk meletakkan rasa takut di dalam hati seseorang yang ingin memanfaatkan kekayaannya karena Allah. Godaan syaitan ini disebutkan di dalam ayat berikut,
“Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah: 268)
Bagaimanapun juga, semua perasaan itu adalah sia-sia. Rencana rahasia syaitan ini tidak dapat mempengaruhi orang-orang beriman, karena tujuan mereka dalam menggunakan kekayaannya bukanlah untuk mendapatkan keuntungan dunia ataupun kesenangannya sendiri. Tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan keridhaan Allah, rahmat, dan jannah-Nya. Karena itulah, syaitan tidak dapat menipu orang-orang beriman dengan bisikan yang sia-sia. Dalam ayat berikut dinyatakan bahwa syaitan tidak dapat mempengaruhi orang-orang beriman,
“Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya, orang-orang yang bertaqwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.” (Al-A’raaf: 200-201)
Dari hal-hal tersebut di atas, kita harus memahami bahwa syaitan memakai dua cara untuk menghalangi manusia dari perbuatan baik. Pertama-tama, ia berusaha menghalangi kebaikan dan perbuatan yang bermanfaat, dan menyodorkan kesenangan dunia sebagai tujuan hidup satu-satunya. Kemudian, ia bersungguh-sungguh menghalangi manusia dari melihat kebaikan dan maksud yang terkandung di balik setiap peristiwa.
Bagaimanapun juga, begitu banyak keberkahan yang diberikan cuma-cuma kepada seseorang hingga ia tidak akan bisa menghitungnya. Sejak lahir, manusia dianugerahi keberkahan yang tak terhitung dari Tuhannya, anugerah yang tidak ada henti sepanjang hidupnya. Itulah mengapa, orang beriman yang menjadikan Tuhan mereka sebagai satu-satunya kawan dan pelindung mereka akan memberikan rasa percaya mereka sepenuhnya kepada Allah.
Ketika sesuatu terjadi tidak sesuai keinginan, mereka sadar bahwa ada kebaikan di dalamnya. Mereka bersabar bahkan sekalipun saat mereka tidak bisa langsung menemukan maksud Ilahiah di balik kejadian tersebut. Seperti yang dikatakan Nabi saw., “Mintalah pertolongan Allah dari kesulitan akan malapetaka yang hebat.” (Bukhari). Tak peduli apa pun yang terjadi pada mereka, orang-orang beriman tidak pernah memberontak atau bahkan mengeluh. Mereka selalu mengingat bahwa kejadian yang berlawanan dengan keinginan mereka itu akan menjadi keberkahan bagi mereka. Dan dengan kehendak Allah, kesulitan tersebut pada akhirnya terbukti menjadi tolak ukur utama dalam kehidupan mereka dan membawa kepada keselamata abadi.
Dari salah satu artikel: Harun Yahya
0 KOMENTAR:
Tulis Komentar